Carut Marut Century Gate
Rabu, 28 September 2011
0
komentar
Carut-marut eskalasi suhu politik di negara Indonesia ini dari hari ke hari
semakin tidak terkendali dan bahkan semakin liar susah diprediksi. Yang
dampak negatifnya masyarakat awam semakin miris dan was-was serta bertanya-
tanya Indonesia ini mau di bawa kemana? Hal ini wajar bila masyarakat ini
semakin tidak tenang dalam menjalankan semua aktifitasnya. Dan dampak yang
paling berbahaya adalah masa panen dari dunia usaha dan investasi di Indonesia
pun suatu ketika akan menjadi paceklik . Lantas, bila hal ini terus menerus
terjadi dan berkepanjangan, maka siapa yang akan rugi?
Paceklik yang diakibatkan oleh suhu politik yang unstability tentunya
akan berakibat fatal. Ketidak stabilitas suhu ini menurut wacana-wacana yang ada
selama ini di awali adanya badai Century yang arahnya dan gerakannya zig-zag
serta berputar-putar bagai angin topan yang meluluh-lantahkan semua bangunan
institusi nasional negara ini.
Sebenarnya apa hebatnya Century ? sampai-sampai hampir semua
masyarakat Indonesia ini setiap hari membicarakannya. Apakah tidak ada agenda
yang lebih penting yang terfokus agar bersama-sama mewujudkan cita-cita negara
sesuai cita-cita foundingfathers yang tertuang di dalam alenia 4 Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu, ...untuk membentuk suatu negara Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial ......
Lantas, mari kita berinstrupeksi diri apakah semua kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh para pemimpin yang terhormat ini sudah sesuai dengan tujuan
negara tersebut di atas, dan bilamana kebijakan tersebut dirasa sudah tepat serta
sesuai norma falsafah Pancasila, maka apakah implementasinya dilapangan sudah
proporsional demi kepentingan seluruh warga negara ini? Dan bila sudah
proporsional mengapa masih ada warga masyarakat yang tidak puas?
Hans Kalsen dalam bukunya ýang berjudul Pure Theory of law (1978)
yang diterjemahkan oleh Raisul Muttaqin mengatakan hukum ialah bahwa semua
tatanan itu merupakan tata prilaku manusia dan bahwa semua tatanan itu
merupakan tatanan pemaksa. Bertolak dari pendapat di atas yang dikaikan dengan
negara Indonesia yang katanya negara ini negara hukum, tetapi mengapa hukum
yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur prilaku manusia belum mampu
mewujudkan cita-cita negara Indonesia di atas? Apa yang sebenarnya salah
dengan negara ini?
Memang dampak Badai Century belum ada tanda-tanda mereda, walaupun
fase-fese badai Century satu per satu di lalui yaitu di mulai dari pembentukan tim
Pansus Century oleh legeslatif yang terus menerus selama dua bulan berusaha
menghalau gerakan Badai Century agar tidak semakin memperparah merusak
tanaman ekonomi di sawah negara Indonesia ini, hingga tanggal 2 Maret sampai
dengan sekarang ini fase Pansus Century yang bermuara di dalam fase Paripurna
DPR RI Badai Century arah pergerakannya terpecah menjadi dua yaitu opsi A
yang menyatakan gerakan Badai Century sudah tepat sesuai musimnya dan opsi C
yang menyatakan bahwa gerakan Badai Century bermasalah tidak sesuai dengan
musimnya sehingga mengganggu stabilitas masa tanam Ekonomi di sawah negara
ini. Yang pada Akhirnya opsi C lah yang mendapat perhatian oleh para pakar
iklim politik tersebut.
Walau pun, Fase muara penghalauan gerak Badai Century sudah
memasuki tahap arahnya opsi C, tetapi dampak Gerakan Badai tersebut belum
juga bisa mereda dan malah menimbulkan badai-badai Demontrasi yang berujung
kericuhan dan bentrokan antara aparat Kepolisian dengan Mahasiswa baik itu di
Cikini Jakarta tanggal 5 Maret lalu hingga di daerah-daerah lain seperti Surabaya,
Ambon dan Cianjur, lalu mengapa hal ini terjadi di Indonesia tercinta ini.
Demontrasi memang sah-sah saja dan dilindungi oleh undang-undang, dan
bahkan negara pun menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk
menyampaikan aspirasinya dan mengeluarkan pendapat, baik secara berkumpul
dan berserikat atau pun secara individu asal sesuai Pasal 28 E Undang-Undang
Dasar 1945.
Selain Badai Century menerpa institusi DPR RI dan mengakibatkan badai
Demonstrasi Mahasiswa, juga mengakibatkan kemelut di lingkungan pelaku
Pemerintahan, terbukti berbagai tanggapan bermunculan sebagai reaksi terhadap
hasil halauan institusi Legislatif yang menekankan Opsi C yang menyatakan
bahwa Badai Bail Out Century tersebut bermasalah dan tidak sesuai dengan
musimnya, yang oleh Para Pelaku Pemerintahan mengatakan bahwa Badai Bail
Out Century sudah tepat guna menciptakan stabilitas kesuburan tanaman ekonomi
Indonesia yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat fatal terhadap
stabilitas kesuburan ekonomi Indonesia akibat adanya badai Krisis ekonomi
Dunia, Lantas, Rakyat sebagai Petani buruh hanya bisa geleng-geleng kepala dan
menggigit jari keras-keras karena stress merasakan kemelut Badai Century ini tak
kunjung usai dan bertanya manakah dan siapakah yang benar? Rakyat tidak tahu,
karena sesungguhnya Rakyat hanya tahu dan berharap memiliki wakil-wakilnya
yang benar-benar aspiratif terhadap keluhan dan kesulitan masyarakat pemilihnya
serta memiliki Pemimpin Bangsanya yang mampu mewujudkan cita-cita negara
ini. Tetapi apakah impian semua warga negara ini akan segera terwujud?
Mengutip sedikit yang pernah disampaikan oleh mendiang Prof. DR. Sacipto
Rahardjo dalam artikelnya yang di cuplikkan dari dialog TVRI yang berbunyi
Selama UUD kita dijalankan orang-orang berjiwa kerdil, maka impian dan cita-
cita UUD tidak akan terwujud
(Indonesia Jangan Menjadi Negara Hukum
Kacangan, Kompas 19/8/2002 dalam Satjipto Rahardjo Membedah Hukum
Progresif; 2006;hal.5)
Pendapat tersebut di atas menunjukkan adanya sinyalmen sikap keragu-
raguan masyarakat Indonesia terhadap kondisi alam politik yang ada dari dahulu
hingga sekarang ini, hal ini senada dengan sindiran yang pernah diungkapkan oleh
mendiang Sang Tokoh Pluralis K.H. Abdurrahman Wahid beberapa tahun lalu
yang mengatakan .... kok seperti taman Kanak-kanak?
Melihat sikap orang tua orang tua yang duduk di dalam ruangan sakral,
kramat dan terhormat saling gontok-gontokan adu mulut tak karuan beberapa
waktu lalu wajar bila yang anak-anak mahasiswa yang masih dalam tahap
pembelajaran bereaksi meniru prilaku yang tua. Dalam istilah jawa dikatakan
Bapa Polah anak kepradah (setiap prilaku orang tua yang menjadi panutan pasti
berdampak terhadap prilaku anak-anak) begitu pula sebalikkya, apakah ini tanda-
tanda kiamat yang salah satunya di akibatkan adanya badai kasus Century.
Polemik Badai Century Pasti Berlalu
Aksi solidaritas mahasiswa terhadap reaksi keras pengrusakan sekretariat
HMI di Makasar kemarin kamis 4 Maret lalu sebagai tanda tidak adanya
harmonisasi antara aparat penegak hukum dengan Mahasisiwa. Menyikapi
peristiwa-peristiwa keributan yang turus saja terjadi dan bahkan belum terlihat
tanda-tanda berakhirnya keributan atau kemelut ini. Bisa berakibat luas terhadap
aspek-aspek kehidupan lainnya terutama keaman dan keselamatan negara
terhadap ancaman dari luar yang memanfaatkan carut-marut situasi politik
sekarang ini
Untuk itu dari pada semua Rakyat menjadi korban adanya badai Century
yang tidak seberapa maka lebih baik semua lapisan masyarakat bersatu padu
guyub rukun bersama-sama membangun kembali rasa saling percaya dan jujur di
dalam hati masing-masing dengan berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa pada
setiap prilaku dan kinerja menurut profesi masing-masing.
Karena dengan Jujur dan saling percaya Negara Indonesia ini akan
semakin maju dengan bekal kekayaan alam berlimpah yang belum secara optimal
dikelola oleh anak-anak bangsa Indonesia. dan otomatis hasil kekayaan alam ini
juga akan dapat menjadi bekal bagi Negara untuk mewujdkan cita-cita negara
tersebut di atas yaitu mau mengentaskan kemiskinan Negara Indonesia bisa,
Memberikan Jamkesmas bagi seluruh rakyat Indonesia bisa, Menciptakan
lapangan pekerjaan yang memadai dan memberi pekerjaan bagi semua
pengangguran dieluruh Indonesia pun Negara Ini bisa, asal Hukum dijalankan.
Jangan sampai menunggu Azab Tuhan datang membersihkan kebatilan di Negeri
ini,
Berkaitan dengan kasus Century, yang polemik dan penuh teka-teki
selama ini. Jangan menjadikan kita bangsa Indonesia mengesampingkan rasa
kepatutan, hormat-menghormati dan menghargai pendapat orang lain, namun,
perbedaan pendapat tersebut hendaknyalah di himpun dalam satu wadah
kebersamaan demi mewujudkan cita-cita negara Indonesia.
Terkoyak-koyak oleh badai kasus Century adalah hal yang tidak lazim
bagi negara Indonesia yang besar dan kaya Raya ini. Tetapi, kekayaan negara ini
juga bukan hanya milik satu dua orang saja atau pun satu dua kelompok saja.
Namun kekayaan tersebut adalah milik seluruh rakyat Indonesia yang memiliki
hak hidup yang sama jadi fasilitas negara dan gaji para aparatur negara sejatinya
dibiayai oleh seluruh rakyat Indonesia.
Sehingga, sudah seharusnya seluruh komponen negara ini belajar dari
peristiwa badai Century ini dan juga kasus 1,3 T oleh Eddy Tansil yang hingga
kini tidak pernah selesai, berkaitan dengan hal ini perlu di ingat sudah berapa
biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan perkara- perkara tersebut. Dan
siapakah sesungguhnya yang menanggung beban biaya tersebut dan yang
dirugikan? tentu jawabannya adalah Rakyat.
Padahal saat pemilu lalu digelar semua Kandidat beramai-ramai
memasang baleho
baleho raksasa dan menjanjikan propaganda-propaganda
politik yang membuai angan massa, hingga ter-lena dibuatnya. Bila kita sadari
bahwa Rakyat Indonesia adalah rakyat yang beragama, yangmana masing-masing
agama mengajarkan kejujuran, kedamaian dan kebaikan prilaku, maka alangkah
baiknya bila setiap janji yang di ucapkan di tepati, setiap kalimat yang keluar dari
mulutnya tidak bohong atau artinya jujur konsisiten dan Konsikuen dengan semua
prilakukanya. Oleh karena itu, Badai Kasus Century akan cepat berlalu bila
masing-masing pihak yang terkait berlaku Jujur dan mau secara sportif mengakui
kekurangan masing-masing.
Naaaahhhh......apa lagi ini....??? sudah susah makin lagi susah rakyat
Indonesia kini....belum selesai satu masalah century, muncul lagi masalah baru
ada kasus wisma atlit di Palembang dannnn....sedang asyiiik...asyiiiiknya
mengamati berita tentang kasus ini.....tiba-tiba.....mucul lagi orang-orang streees
yang mau-maunya gendong booom..................huh.........payah...payah capek dech
Indonesia ku.....semoga negeri ini benar-benar mendapat limpahan rahmat dari
Tuhan Yang Maha Esa sehingga terbebas dari segala penyakit dan jiwa-jiwa labil.
Amiiin.................
Tanggal
Oleh
: 6 Maret 2010, up date 2011-09-27
: Edi As Adi, SH, MH
(Penulis adalah Pengamat Independent, Advokat & Konsultan Hukum/ Praktisi
Hukum yang sedang menempuh Program Doktor Ilmu Hukum )
buku karya Edi As Adi, SH, MH
semakin tidak terkendali dan bahkan semakin liar susah diprediksi. Yang
dampak negatifnya masyarakat awam semakin miris dan was-was serta bertanya-
tanya Indonesia ini mau di bawa kemana? Hal ini wajar bila masyarakat ini
semakin tidak tenang dalam menjalankan semua aktifitasnya. Dan dampak yang
paling berbahaya adalah masa panen dari dunia usaha dan investasi di Indonesia
pun suatu ketika akan menjadi paceklik . Lantas, bila hal ini terus menerus
terjadi dan berkepanjangan, maka siapa yang akan rugi?
Paceklik yang diakibatkan oleh suhu politik yang unstability tentunya
akan berakibat fatal. Ketidak stabilitas suhu ini menurut wacana-wacana yang ada
selama ini di awali adanya badai Century yang arahnya dan gerakannya zig-zag
serta berputar-putar bagai angin topan yang meluluh-lantahkan semua bangunan
institusi nasional negara ini.
Sebenarnya apa hebatnya Century ? sampai-sampai hampir semua
masyarakat Indonesia ini setiap hari membicarakannya. Apakah tidak ada agenda
yang lebih penting yang terfokus agar bersama-sama mewujudkan cita-cita negara
sesuai cita-cita foundingfathers yang tertuang di dalam alenia 4 Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu, ...untuk membentuk suatu negara Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial ......
Lantas, mari kita berinstrupeksi diri apakah semua kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh para pemimpin yang terhormat ini sudah sesuai dengan tujuan
negara tersebut di atas, dan bilamana kebijakan tersebut dirasa sudah tepat serta
sesuai norma falsafah Pancasila, maka apakah implementasinya dilapangan sudah
proporsional demi kepentingan seluruh warga negara ini? Dan bila sudah
proporsional mengapa masih ada warga masyarakat yang tidak puas?
Hans Kalsen dalam bukunya ýang berjudul Pure Theory of law (1978)
yang diterjemahkan oleh Raisul Muttaqin mengatakan hukum ialah bahwa semua
tatanan itu merupakan tata prilaku manusia dan bahwa semua tatanan itu
merupakan tatanan pemaksa. Bertolak dari pendapat di atas yang dikaikan dengan
negara Indonesia yang katanya negara ini negara hukum, tetapi mengapa hukum
yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur prilaku manusia belum mampu
mewujudkan cita-cita negara Indonesia di atas? Apa yang sebenarnya salah
dengan negara ini?
Memang dampak Badai Century belum ada tanda-tanda mereda, walaupun
fase-fese badai Century satu per satu di lalui yaitu di mulai dari pembentukan tim
Pansus Century oleh legeslatif yang terus menerus selama dua bulan berusaha
menghalau gerakan Badai Century agar tidak semakin memperparah merusak
tanaman ekonomi di sawah negara Indonesia ini, hingga tanggal 2 Maret sampai
dengan sekarang ini fase Pansus Century yang bermuara di dalam fase Paripurna
DPR RI Badai Century arah pergerakannya terpecah menjadi dua yaitu opsi A
yang menyatakan gerakan Badai Century sudah tepat sesuai musimnya dan opsi C
yang menyatakan bahwa gerakan Badai Century bermasalah tidak sesuai dengan
musimnya sehingga mengganggu stabilitas masa tanam Ekonomi di sawah negara
ini. Yang pada Akhirnya opsi C lah yang mendapat perhatian oleh para pakar
iklim politik tersebut.
Walau pun, Fase muara penghalauan gerak Badai Century sudah
memasuki tahap arahnya opsi C, tetapi dampak Gerakan Badai tersebut belum
juga bisa mereda dan malah menimbulkan badai-badai Demontrasi yang berujung
kericuhan dan bentrokan antara aparat Kepolisian dengan Mahasiswa baik itu di
Cikini Jakarta tanggal 5 Maret lalu hingga di daerah-daerah lain seperti Surabaya,
Ambon dan Cianjur, lalu mengapa hal ini terjadi di Indonesia tercinta ini.
Demontrasi memang sah-sah saja dan dilindungi oleh undang-undang, dan
bahkan negara pun menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk
menyampaikan aspirasinya dan mengeluarkan pendapat, baik secara berkumpul
dan berserikat atau pun secara individu asal sesuai Pasal 28 E Undang-Undang
Dasar 1945.
Selain Badai Century menerpa institusi DPR RI dan mengakibatkan badai
Demonstrasi Mahasiswa, juga mengakibatkan kemelut di lingkungan pelaku
Pemerintahan, terbukti berbagai tanggapan bermunculan sebagai reaksi terhadap
hasil halauan institusi Legislatif yang menekankan Opsi C yang menyatakan
bahwa Badai Bail Out Century tersebut bermasalah dan tidak sesuai dengan
musimnya, yang oleh Para Pelaku Pemerintahan mengatakan bahwa Badai Bail
Out Century sudah tepat guna menciptakan stabilitas kesuburan tanaman ekonomi
Indonesia yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat fatal terhadap
stabilitas kesuburan ekonomi Indonesia akibat adanya badai Krisis ekonomi
Dunia, Lantas, Rakyat sebagai Petani buruh hanya bisa geleng-geleng kepala dan
menggigit jari keras-keras karena stress merasakan kemelut Badai Century ini tak
kunjung usai dan bertanya manakah dan siapakah yang benar? Rakyat tidak tahu,
karena sesungguhnya Rakyat hanya tahu dan berharap memiliki wakil-wakilnya
yang benar-benar aspiratif terhadap keluhan dan kesulitan masyarakat pemilihnya
serta memiliki Pemimpin Bangsanya yang mampu mewujudkan cita-cita negara
ini. Tetapi apakah impian semua warga negara ini akan segera terwujud?
Mengutip sedikit yang pernah disampaikan oleh mendiang Prof. DR. Sacipto
Rahardjo dalam artikelnya yang di cuplikkan dari dialog TVRI yang berbunyi
Selama UUD kita dijalankan orang-orang berjiwa kerdil, maka impian dan cita-
cita UUD tidak akan terwujud
(Indonesia Jangan Menjadi Negara Hukum
Kacangan, Kompas 19/8/2002 dalam Satjipto Rahardjo Membedah Hukum
Progresif; 2006;hal.5)
Pendapat tersebut di atas menunjukkan adanya sinyalmen sikap keragu-
raguan masyarakat Indonesia terhadap kondisi alam politik yang ada dari dahulu
hingga sekarang ini, hal ini senada dengan sindiran yang pernah diungkapkan oleh
mendiang Sang Tokoh Pluralis K.H. Abdurrahman Wahid beberapa tahun lalu
yang mengatakan .... kok seperti taman Kanak-kanak?
Melihat sikap orang tua orang tua yang duduk di dalam ruangan sakral,
kramat dan terhormat saling gontok-gontokan adu mulut tak karuan beberapa
waktu lalu wajar bila yang anak-anak mahasiswa yang masih dalam tahap
pembelajaran bereaksi meniru prilaku yang tua. Dalam istilah jawa dikatakan
Bapa Polah anak kepradah (setiap prilaku orang tua yang menjadi panutan pasti
berdampak terhadap prilaku anak-anak) begitu pula sebalikkya, apakah ini tanda-
tanda kiamat yang salah satunya di akibatkan adanya badai kasus Century.
Polemik Badai Century Pasti Berlalu
Aksi solidaritas mahasiswa terhadap reaksi keras pengrusakan sekretariat
HMI di Makasar kemarin kamis 4 Maret lalu sebagai tanda tidak adanya
harmonisasi antara aparat penegak hukum dengan Mahasisiwa. Menyikapi
peristiwa-peristiwa keributan yang turus saja terjadi dan bahkan belum terlihat
tanda-tanda berakhirnya keributan atau kemelut ini. Bisa berakibat luas terhadap
aspek-aspek kehidupan lainnya terutama keaman dan keselamatan negara
terhadap ancaman dari luar yang memanfaatkan carut-marut situasi politik
sekarang ini
Untuk itu dari pada semua Rakyat menjadi korban adanya badai Century
yang tidak seberapa maka lebih baik semua lapisan masyarakat bersatu padu
guyub rukun bersama-sama membangun kembali rasa saling percaya dan jujur di
dalam hati masing-masing dengan berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa pada
setiap prilaku dan kinerja menurut profesi masing-masing.
Karena dengan Jujur dan saling percaya Negara Indonesia ini akan
semakin maju dengan bekal kekayaan alam berlimpah yang belum secara optimal
dikelola oleh anak-anak bangsa Indonesia. dan otomatis hasil kekayaan alam ini
juga akan dapat menjadi bekal bagi Negara untuk mewujdkan cita-cita negara
tersebut di atas yaitu mau mengentaskan kemiskinan Negara Indonesia bisa,
Memberikan Jamkesmas bagi seluruh rakyat Indonesia bisa, Menciptakan
lapangan pekerjaan yang memadai dan memberi pekerjaan bagi semua
pengangguran dieluruh Indonesia pun Negara Ini bisa, asal Hukum dijalankan.
Jangan sampai menunggu Azab Tuhan datang membersihkan kebatilan di Negeri
ini,
Berkaitan dengan kasus Century, yang polemik dan penuh teka-teki
selama ini. Jangan menjadikan kita bangsa Indonesia mengesampingkan rasa
kepatutan, hormat-menghormati dan menghargai pendapat orang lain, namun,
perbedaan pendapat tersebut hendaknyalah di himpun dalam satu wadah
kebersamaan demi mewujudkan cita-cita negara Indonesia.
Terkoyak-koyak oleh badai kasus Century adalah hal yang tidak lazim
bagi negara Indonesia yang besar dan kaya Raya ini. Tetapi, kekayaan negara ini
juga bukan hanya milik satu dua orang saja atau pun satu dua kelompok saja.
Namun kekayaan tersebut adalah milik seluruh rakyat Indonesia yang memiliki
hak hidup yang sama jadi fasilitas negara dan gaji para aparatur negara sejatinya
dibiayai oleh seluruh rakyat Indonesia.
Sehingga, sudah seharusnya seluruh komponen negara ini belajar dari
peristiwa badai Century ini dan juga kasus 1,3 T oleh Eddy Tansil yang hingga
kini tidak pernah selesai, berkaitan dengan hal ini perlu di ingat sudah berapa
biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan perkara- perkara tersebut. Dan
siapakah sesungguhnya yang menanggung beban biaya tersebut dan yang
dirugikan? tentu jawabannya adalah Rakyat.
Padahal saat pemilu lalu digelar semua Kandidat beramai-ramai
memasang baleho
baleho raksasa dan menjanjikan propaganda-propaganda
politik yang membuai angan massa, hingga ter-lena dibuatnya. Bila kita sadari
bahwa Rakyat Indonesia adalah rakyat yang beragama, yangmana masing-masing
agama mengajarkan kejujuran, kedamaian dan kebaikan prilaku, maka alangkah
baiknya bila setiap janji yang di ucapkan di tepati, setiap kalimat yang keluar dari
mulutnya tidak bohong atau artinya jujur konsisiten dan Konsikuen dengan semua
prilakukanya. Oleh karena itu, Badai Kasus Century akan cepat berlalu bila
masing-masing pihak yang terkait berlaku Jujur dan mau secara sportif mengakui
kekurangan masing-masing.
Naaaahhhh......apa lagi ini....??? sudah susah makin lagi susah rakyat
Indonesia kini....belum selesai satu masalah century, muncul lagi masalah baru
ada kasus wisma atlit di Palembang dannnn....sedang asyiiik...asyiiiiknya
mengamati berita tentang kasus ini.....tiba-tiba.....mucul lagi orang-orang streees
yang mau-maunya gendong booom..................huh.........payah...payah capek dech
Indonesia ku.....semoga negeri ini benar-benar mendapat limpahan rahmat dari
Tuhan Yang Maha Esa sehingga terbebas dari segala penyakit dan jiwa-jiwa labil.
Amiiin.................
Tanggal
Oleh
: 6 Maret 2010, up date 2011-09-27
: Edi As Adi, SH, MH
(Penulis adalah Pengamat Independent, Advokat & Konsultan Hukum/ Praktisi
Hukum yang sedang menempuh Program Doktor Ilmu Hukum )
buku karya Edi As Adi, SH, MH
Baca Selengkapnya ....